KHUTBAH IDUL ADHA 1434 H "BELAJAR DARI NABI IBRAHIM, MEMBANGUN CITA-CITA DUNIA DAN AKHIRAT"
KHUTBAH IDUL ADHA 1434 H
BELAJAR
DARI NABI IBRAHIM,
MEMBANGUN
CITA-CITA DUNIA DAN AKHIRAT
إِنَّ الْحَمْدَ لله
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ اَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
Kaum
muslimin yang berbahagia!
Betapa
besar karunia Allah Ta’ala kepada kita semua. Betapa tidak
terhingga nikmat-Nya untuk kita semua. Ada yang kita sadari, namun lebih banyak
yang luput dari kesadaran kita.
Marilah
kita renungkan betapa banyak kedurhakaan kita kepada-Nya.
Betapa
hari demi hari yang kita jalani tidak pernah luput dari kelalaian untuk
mengingat-Nya.
Tapi
dengan semua kelalaian itu, Allah Azza wa Jalla tidak pernah lalai dan bosan
untuk terus-menerus mencurahkan nikmatNya kepada kita. Semua kedurhakaan kita
tidak menghalangi Dia yang Mahaperkasa untuk tetap menyelimuti kita dengan
kasih sayangNya.
Dan
hari ini, Ia masih mengizinkan kita untuk sekali lagi bersujud kepadaNya, untuk
sekali lagi bertakbir dan bertahlil mengagungkan namaNya, dan untuk sekali lagi
bertaubat kepadaNya.
Kita
tidak pernah tahu, hadirin sekalian, boleh jadi inilah sujud terakhir kita
padaNya di dunia ini. Inilah takbir dan tahlil terakhir kita untukNya. Dan
inilah taubat kita untuk terakhir kalinya kepadaNya.
Allahu akbar, Allahu akbar, walillahilhamd.
Kaum
muslimin rahimahukumullah!
Idul
Adha akan selalu mengingatkan pada sosok Ibrahim alaihissalam dan keluarganya. Hari ini, di saat jutaan saudara kita kaum
muslimin bergegas menyelesaikan prosesi ibadah haji yang agung, di tanah air
ini, kita duduk sejenak untuk merenungkan pelajaran-pelajaran yang dititipkan
Allah kepada kita melalui kisah monumental Nabi Ibrahim dan keluarganya ‘alaihimussalam.
Allah Ta’ala berfirman:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ
أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
“Sungguh bagi kalian terdapat teladan yang baik dalam (diri) Ibrahim dan
orang-orang yang bersamanya…” (al-Mumtahanah:
4)
Sosok
Ibrahim ‘alaihissalam adalah teladan pengorbanan yang tulus. Nabi Ibrahim mengajarkan
kepada kita bahwa seorang mukmin harus sepenuhnya hidup untuk sebuah obsesi dan
cita-cita yang tinggi. Bahwa obsesi dan cita-cita seorang mukmin tidak akan
pernah terhenti hingga ia menjejakkan kakinya di dalam Surga Allah. Obsesi dan
cita-cita itulah yang membuatnya rela melakukan pengorbanan demi pengorbanan di
kehidupan dunia yang terlalu singkat ini.
Nabi
Ibrahim ‘alaihissalam mengajarkan kepada kita bahwa obsesi dan cita-cita hidup kita
sepenuhnya harus selalu diukur dengan keridhaan dan kecintaan Allah Azza
wa Jalla. Apa yang diridhai dan dicintai oleh Allah dan
RasulNya, maka itulah obsesi dan cita-cita kita. Jika tidak, maka obsesi dan
cita-cita itu harus segera kita hapus dan buang jauh-jauh dari kehidupan kita.
Karena obsesi dan cita-cita yang tidak diridhai oleh Allah Ta’ala hanya akan membawa kehidupan kita dalam serial malapetaka dan
kehancuran yang tidak akan habisnya.
Maka
demi obsesi dan cita-cita tertingginya akan Surga, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam melintasi gurun sahara yang kering, di bawah cengkraman terik
matahari dan pelukan malam-malam yang dingin. Dan ia tidak sendiri dalam
perjalanan itu. Istri dan bayi mungilnya ikut serta “menikmati” perjalanan
penuh obsesi itu. Obsesi akan Surga Allah.
Bayangkanlah,
hadirin sekalian, betapa tidak mudahnya perjalanan itu! Tapi inilah caranya untuk
membuktikan kepada Allah Azza wa Jalla bahwa mereka sungguh-sungguh
dengan obsesi tentang Surga itu. Dan kita semua tentu mengetahui bahwa
pengorbanan Nabi Ibrahim dan keluarga kecilnya itu tidak berhenti sampai di
situ.
Pertanyaan
pentingnya untuk kita semua adalah:
Sudahkah
obsesi dan cita-cita hidup kita sepenuhnya untuk Allah?
Jika
jawabannya adalah iya, maka seberapa besar sudah pengorbanan yang kita
tunjukkan kepadaNya untuk itu?
Bersyukurlah
jika tahun ini kita ikut menyembelih hewan kurban, tapi untuk obsesi sehebat
Surga, tentu harus lebih dari itu!
Dalam
konteks pengorbanan ini pula, maka kita teringat kepada kisah heroik Keluarga
Yasir di awal Islam, saat mereka melewati penyiksaan demi penyiksaan atas
komitmen keislaman mereka, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghibur mereka dengan
mengatakan:
صَبْرًا يَا آلَ
يَاسِرٍ ، فَإِنَّ مَوْعِدَكُمُ الْجَنَّةُ
“Bersabarlah, wahai Keluarga Yasir! Karena sesungguhnya janji pertemuan
kalian adalah Surga.”[1]
Allahu akbar, Allahu akbar, walillahil hamd!
Kaum
muslimin yang berbahagia!
Hingga
detik ini, negeri kita yang mayoritas muslim ini terus-menerus menjadi panggung
tempat dipentaskannya berbagai macam krisis dan tragedi akhlak dan moral yang
memilukan.
Kisah-kisah
para pejabat Negara yang korupsinya tidak pernah puas, yang didukung oleh
kondisi penegakan keamanan dan keadilan yang berat sebelah dan memihak
kepentingan tertentu, telah menjadi konsumsi rutin kita tiada henti. Pembasmian
korupsi seperti lebih sering menemukan jalan buntu, namun penangkapan dengan
dalih terorisme begitu sering mengukir prestasi.
Lalu
tiba-tiba kita dikejutkan oleh seorang hakim pengadilan negeri yang tertangkap
basah dalam pesta narkoba di sebuah hotel, yang tanpa ragu menggelontorkan uang
sebesar 10 juta rupiah dalam satu malam itu saja!
Begitulah,
ternyata krisis moral dan akhlak telah melanda orang-orang tua di negeri ini.
Lalu bagaimana dengan generasi mudanya?
Menurut catatan PKBI
(Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) Kalimantan Timur, sepanjang tahun
2008 saja dari sekitar 300 lebih responden yang diteliti (Pelajar SMP dan SMA),
sebagian besar di antaranya sudah sering berzina, bahkan ada yang sudah hamil.
Sekitar 14 % dari
mereka melakukan perbuatan amoral (zina) itu di lingkungan sekolah, sedangkan
28 % dari mereka melakukannya di rumah. Sisanya, di tempat rekreasi dan di
hotel-hotel.
Di Papua, terdapat
sekitar ratusan pelajar yang mengidap HIV/AIDS. Dari jumlah tadi, 60 % lebih
diderita pelajar asli asal Papua dan 40 % lagi pelajar non Papua (pendatang),
sebagaimana disampaikan oleh Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPAD) Provinsi
Papua.
Dan semua itu adalah
fenomena gunung es. Sedikit yang terungkap, dan lebih banyak lagi yang tidak
terungkap.
Kita juga tentu
mengikuti fenomena tawuran antar pelajar dan mahasiswa yang seringkali
disebabkan oleh hal-hal remeh yang tidak masuk di akal.
Dengan semua fenomena
kebobrokan kaum muda Indonesia itu, kita kemudian dikejutkan dengan klaim
sebuah media televisi bahwa lembaga-lembaga Rohis adik-adik kita di SMA adalah
sarang pengkaderan teroris. Stasiun televisi itu lupa bahwa Rohis adalah
benteng utama pembinaan moral anak-anak kita.
Kenyataan dan fakta
ini tentu saja membuat kita bertanya: Mengapa itu semua terjadi?
Dalam konteks
perjuangan Nabi Ibrahim, kita dapat mengatakan bahwa banyak generasi tua dan
generasi muda telah kehilangan obsesi dan cita-cita hidup yang sesungguhnya.
Banyak orang berjalan dalam obsesi-obsesi semunya.
Mereka semua mungkin
tahu bahwa korupsi, berzina dan melakukan kezhaliman itu dosa. Tapi lemahnya
obsesi dan cita-cita akhirat, membuat mereka takluk tak berdaya pada godaan
dunia yang menghancurkan masa depan akhirat mereka.
Karena obsesi semacam
ini pula, banyak orang tua yang lupa bahwa anak-anak mempunyai kebutuhan yang
jauh lebih besar daripada uang dan materi. Mereka membutuhkan belaian cinta dan
bimbingan penuh kasih sayang dari orang tua mereka.
Allahu akbar, Allahu akbar walillahilhamd!
Kaum
muslimin yang dimuliakan Allah!
Tapi
harapan menjadi lebih baik selalu ada, sebagaimana pintu taubat Allah selalu
terbuka bagi siapapun di antara kita yang ingin berubah menjadi hamba yang
lebih baik.
Sekali
lagi, marilah belajar dari Nabi Ibrahim alaihissalam. Beliau adalah teladan bagi
setiap orang tua yang menyayangi anaknya. Beliau mengajarkan kepada kita cara
yang benar dalam menyayangi anak kita. Bukan dengan memuaskan segala
permintaannya, tapi dengan mendekatkan mereka kepada Allah dengan penuh hikmah
dan kelembutan.
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ
لَحَلِيمٌ أَوَّاهٌ مُنِيبٌ
“Sesungguhnya Ibrahim itu adalah seorang yang lembut, pengasih dan selalu
kembali (kepada Allah).” (Hud:
75)
Inilah
sifat dan karakter dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang tua: lemah
lembut, pengasih dan yang tidak kalah pentingnya: selalu kembali dan bersandar
kepada Allah yang Mahakuat.
Coba
renungkan doa yang dipanjatkan Ibrahim karena kecintaannya kepada keluarga dan
anak-anaknya:
وَإِذْ قَالَ
إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آَمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ
أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ
“Dan ingatlah ketika Ibrahim berdoa: ‘Wahai Tuhanku, jadikanlah negeri ini
negeri yang aman dan jauhkanlah aku serta keturunanku dari menyembah berhala…” (Ibrahim: 35)
رَبِّ اجْعَلْنِي
مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
“Wahai Tuhanku, jadikanlah aku sebagai orang yang menegakkan shalat,
beserta keturunanku. Duhai Tuhan kami, terimalah doaku…” (Ibrahim: 40)
Kaum
muslimin yang berbahagia!
Demikianlah
kekhawatiran dan kegelisahan Ibrahim terhadap keturunannya. Karena itu, seperti
Nabi Ibrahim, seharusnya kita selalu khawatir jika anak-anak kita akhirnya
tidak lagi menyembah Allah dan menghambakan diri kepada selain Allah.
Seharusnya kekhawatiran anak kita tidak shalat dan menjalankan perintah Allah
lebih besar daripada saat ia kehilangan karirnya.
Di
sinilah Nabi Ibrahim alaihissalam –sekali lagi- mengajarkan
kepada kita untuk berani berkorban demi obsesi dan cita-cita akhirat kita.
Kita harus
berani mengorbankan obsesi politik kita, jika itu hanya akan menghancurkan masa
depan akhirat kita.
Kita
harus berani mengorbankan obsesi karir dan jabatan kita, jika itu hanya akan
membuat Allah murka kepada kita.
Kita
harus berani mengorbankan obsesi nafsu kita, jika itu hanya akan membuat kita
menyesal di saat penyesalan tidak akan pernah berguna lagi di Padang Mahsyar.
Semua
obsesi keduniaan itu tidak akan membuat kita bahagia, jika pada akhirnya hanya
akan menorehkan nama-nama kita dalam barisan makhluk yang dimurkai oleh Allah Azza wa
Jalla.
Allahu akbar, Allahu akbar walillahilhamd
Hadirin
yang dimuliakan Allah!
Kepada
mereka yang mendapatkan amanah untuk memimpin dan mengatur negeri ini, mulai
dari level nasional hingga level lokal…Kepada aparatur peradilan dan
keamanan…Tunaikanlah amanah mengatur negeri ini dengan penuh rasa takut kepada
Allah. Jangan pernah berlaku zhalim sedikit pun, karena itu –kata Rasulullah-
akan menjadi kegelapan yang berlapis-lapis pada hari kiamat. Renungkanlah selalu
firman Allah Ta’ala ini:
وَلَا تَحْسَبَنَّ
اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ
تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ
“Dan jangan pernah sekalipun engkau menyangka Allah akan lalai dengan apa
yang dilakukan oleh orang-orang zhalim. Sungguh Allah hanya mengulur mereka
hingga hari di mana pandangan mata mereka terbelalak.” (Ibrahim: 42)
Kepada
rekan-rekan generasi muda, jangan pernah terlena dengan tubuh yang masih kuat,
mata yang masih tajam, kulit yang mesih kencang dan usia yang belum tua. Semua
itu sama sekali bukan jaminan bahwa perjalanan Anda di dunia masih lama. Sebab
tua dan muda memiliki kedudukan yang sama di hadapan kematian. Gunakanlah tubuh
yang kuat dan usia muda ini untuk bekerja meraih kesuksesan dunia dan akhirat
Anda.
Kepada
para muslimah yang mulia, kaum wanita adalah pilar utama bangunan suatu
masyarakat. Dan kaum wanita hanya bisa menjadi pilar utama itu jika mereka
tetap berada dalam fitrah kewanitaan mereka sesuai yang digariskan Allah dan
RasulNya. Dan hari ini, Indonesia yang tertatih-tatih ini menanti kehadiran
Anda, para wanita sejati, yang membelai dan mendidik anak-anaknya dengan cinta,
yang belajar setinggi-tingginya agar dapat menjadi ibu yang cerdas dan bijak
bagi anak-anaknya, bukan untuk yang lainnya…
Kepada
para penanggung jawab dan pelaksana media informasi, pesan kami hanya satu:
tulis dan sampaikan apa saja yang ingin Anda sampaikan, tapi ingatlah bahwa
setiap kata dan ucapan itu akan Anda pertanggungjawabkan di hadapan Allah Azza wa
Jalla. Tak satu pun kata yang tertulis atau terucapkan yang akan luput
dari pengadilan Allah kelak. Karenanya berhati-hatilah dengan pena dan ucapan
Anda.
Allahu akbar, Allahu akbar, walillahilhamd
Kaum
muslimin yang berbahagia!
Mari
berkurban sesuai tuntunan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam , hewan yang dapat dikurbankan adalah domba yang genap berusia 6
bulan, kambing yang genap setahun, sapi yang genap 2 tahun. Syaratnya, hewan
kurban tidak boleh memiliki cacat atau penyakit yang bisa berpengaruh pada
dagingnya, jumlah maupun rasanya, misalnya: kepicakan pada mata, kepincangan
pada kaki dan penyakit pada kulit, kuku atau mulut.
Seekor
domba atau kambing hanya mencukupi untuk kurban satu orang saja, sedangkan
seekor sapi boleh berserikat untuk tujuh orang, kecuali berserikat pahala maka
boleh pada semua jenis tanpa batas.
Sebaiknya
pemilik kurban yang menyembelih sendiri hewan kurbannya, tetapi dia bisa
mewakilkannya kepada penjagal, dengan syarat seorang muslim yang menjaga
shalatnya, mengetahui hukum-hukum menyembelih dan upahnya tidak diambilkan dari
salah satu bagian hewan kurban itu sendiri, kulit atau daging, meskipun dia
juga bisa mendapat bagian dari hewan kurban sebagai sedekah atau hadiah.
Waktu
penyembelihan hewan kurban adalah seusai pelaksanaan shalat Idul Adha hingga
tiga haritasyriq setelahnya.
Pembagian
hewan kurban yang telah disembelih dapat dibagi tiga bagian, sepertiga buat
pemiliknya, sepertiga buat hadiah dan sepertiga buat sedekah kepada fakir
miskin. Nilai pahala hewan kurban seseorang di sisi
Allah Ta’ala tidak hanya diukur dengan banyaknya daging yang
dihasilkan atau banyaknya darah yang dikucurkan, tetapi sifat keikhlasan
pemiliknya, olehnya itu luruskanlah niat hanya mengharap balasan dariNya
semata.
Dan
karena hari ini bertepatan dengan hari Jum’at, maka perlu diketahui jika hari
raya bertemu dengan hari Jum’at, maka kewajiban shalat Jum’at menjadi gugur
bagi kaum pria yang mengikuti shalat Ied, sehingga ia hanya wajib mengerjakan
shalat Zhuhur. Namun yang afdhal jika ia tetap hadir shalat Jum’at. Tetapi para
imam dan khathib Jum’at diharapkan tetap menunaikan shalat Jum’at, agar syiar
Jum’at tetap terjaga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اجْتَمَعَ فِي
يَوْمِكُمْ هَذَا عِيدَانِ فَمَنْ شَاءَ
أَجْزَأَهُ مِنْ الْجُمُعَةِ وَإِنَّا مُجَمِّعُونَ
“Telah bertemu pada hari kalian ini 2 hari raya. Maka barang siapa yang
mau, maka shalat Ied itu telah mencukupkannya dari shalat Jum’at, tetapi kami
(tetap) melaksanakan shalat Jum’at.”[2]
Hadirin
yang berbahagia!
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar walillahilhamd!
Akhirnya,
di ujung khutbah ini, marilah kita tundukkan hati dan jiwa serta seluruh tubuh
ini kepada Allah, untuk berdoa dengan penuh keikhlasan padanya.
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على رسوله الأمين و على آله وصحبه والتابعين،
اللَّهُمَّ إِنَّا نَحْمَدُكَ بِأَنَّكَ أَهْلٌ أَنْ تُحْمَد وَنَشْكُرُكَ بِأَنَّكَ أَهْلٌ أَنْ تُشْكَر وَنُثْنِيْ عَلَيْكَ الْخَيْرَ كُلَّهُ فَإِنَّكَ أَنْتَ أَهْلُ الْمَجْدِ وَالثَّناَءِ ، رَبَّناَ ظَلَمْناَ أَنْفُسَناَ ظُلْماً كَثِيْراَ وَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ فَاغْفِرْ لَناَ مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْناَ إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَحِيْم
Duhai
Allah yang Maha pengasih, yang Mahalembut…kami tidak pernah sanggup menghitung
karuniaMu kepada kami, seperti kami tidak pernah sanggup menghitung berapa
banyak kedurhakaan kami kepadaMu. Seharusnya kami patuh pada perintahMu, tapi
kami lebih sering durhaka. Seharusnya kami jauhi laranganMu, tapi kami lebih
sering mengikuti hawa nafsu kami…
Duhai
Allah yang Maha pengampun, tidak ada yang mampu mengampuni dan menutupi semua
dosa kami selain Engkau. Engkaulah Penguasa segalanya. Ampunilah dosa-dosa
kami, dosa-dosa yang berserakan di sepanjang hidup kami…Ampuni kelalaian kami
mengingatMu…Ya Allah, jika Engkau tak lagi berkenan mengampuni kami, maka entah
ke mana lagi kaki ini melangkah mencari pengampunan itu…
Duhai
Allah yang Maha melihat, yang Maha mendengar…hari ini, untuk kesekian kalinya
kami menundukkan jiwa kami dan mengakui betapa seringnya kami durhaka kepada
kedua orang tua kami. Tidak jarang kami membantah dan berbicara tidak pantas
kepada mereka…Betapa seringnya kami mengabaikan keperluan mereka…Kami
seringkali lupa bahwa mereka-lah pintu kami memasuki Surga-Mu, ya Allah.
Duhai
Allah yang Maha luas ampunanNya, ampunilah semua kedurhakaan dan kelalaian kami
kepada mereka…liputilah kedua orang tua kami dengan ampunan dan
rahmatMu…terangi alam kubur mereka yang telah tiada dan berikan kekuatan
beramal shaleh kepada mereka yang masih hidup…Ya Allah, izinkan kami untuk
berbakti sebaik mungkin kepada mereka hingga kehidupan kami berakhir di dunia
ini…
Ya
Allah, yang Maha perkasa dan Maha bijaksana…Nun jauh di sana, ratusan bahkan
ribuan saudara kami sedang melewati episode-episode yang berat dalam hidup
mereka. Di Suriah, Irak, Palestina dan tempat lainnya, saudara-saudara kami
tetap membesarkan dan mengagungkan Nama-Mu di bawah cengkraman musuh-musuhMu
yang zhalim. Ya Allah, tidak ada satupun yang luput dari pengetahuanMu…Dengan
keMahakuasaanMu, segerakanlah pertolongan dan kemenangan untuk
mereka…Segerakanlah kehancuran dan kekalahan kepada siapapun yang berkonspirasi
menzhalimi mereka, Ya ‘Aziz, Ya Jabbar, Ya Dzal Jalaali wal ikram…
Ya
Allah, Tuhan yang Maha mendengar dan Maha melihat…karuniakanlah kepada kami
pemimpin-pemimpin yang tidak pernah takut kecuali kepadaMu. Berikan hidayah
kepada mereka untuk selalu beribadah dan menegakkan ketetapanMu…Karuniakanlah
kepada kami para pemimpin yang memimpin kami dengan cinta, yang tulus memimpin
untuk kebaikan kami di dunia dan akhirat…
Ya Allah,
Zat Yang Maha Mengabulkan doa kabulkanlah doa kami, penuhilah permintaan
kami.Kami adalahlah hamba-Mu yang lemah, harapan kami hanya kepadaMu, Engkau
Maha Mendengar, Engkaulah Penguasa satu-satunya Yang Haq, Engkaulah sebaik-baik
Pemberi yang diharap.
رَبَّناَ لاَ تُزِغْ قُلُوْبَناَ بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَناَ وَهَبْ لَناَ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ ،
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ،
سُبْحَانَ رَبِّكَ
رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى اْلمُرْسَلِيْنَ وَاْلحَمْدُ
للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ .
No comments: