Ramadhan vs Lebaran
Ramadhan vs Lebaran
Lebaran Idul Fitri masih lebih kurang 4 hari lagi. Masih pada menjalankan shalat tarawih bukan? Huiiih, smoga kita tetep istiqomah ya. Harusnya kita bersyukur masih diberi kesempatan oleh Allah untuk menjalankan ibadah yang satu ini. Bukan hanya tarawih loh. Banyak banget kan ibadah yang bisa kita lakukan di bulan ini, mulai dari baca qur’an, sedekah del-del yang semuanya akan dilipat gandakan pahalanya oleh Allah Swt. Ibarat sebuah pesta belanja, di bulan ini ini Allah benar-benar memberikan begitu banyak doorprize sampe dengan 700 kali lipat (bayangkan, 700 kali lipat!!). Makanya, jangan sia-siakan kesempatan ini.
Namun, harapan kadang tidak selalu berjalan seiringan dengan realita. Kita sering melihat, pada malam-malam awal Ramadhan, masjid/musholla selalu ramai dikunjungi jama’ah untuk shalat Tarawih. Namun semakin mendekati lebaran, semakin ada “kemajuan” (maksudnya jumlah shafnya semakin maju alias berkurang jama’ahnya, hiks!). Padahal puncak-puncak utama rangkaian ibadah Ramadhan adalah sepuluh hari terakhir. Rasulullah saw pada sepuluh hari terakhir justru memperketat jadwalnya untuk beribadah. Selain karena didalamnya dimungkinkan terdapat Lailatul Qadar (malam berharga) yang lebih baik dari ibadah seribu bulan, malam-malam terakhir ini juga secara tidak langsung menjadi cerminan setiap insan. Maksudnya, termasuk manakah kita, tipe manusia dengan ibadah sebenarnya ataukah justru tipe manusia penggembira belaka. Semakin mendekati akhir Ramadhan, jumlah jama’ah pasti semakin berkurang. Hal ini adalah lumrah. Seperti halnya orang yang mendaki gunung. Semakin mendekati puncak, rintangan menjadi semakin besar. Oleh karena itu tidak sedikit orang yang berjatuhan. Hanya merekalah yang kuat bertahan yang dapat mencapai puncaknya. Inilah sebenarnya orang-orang yang terpilih, orang-orang yang mendapat kemenangan setelah berjuang selama sebulan penuh dan layak mendapatkan Idul Fitri dengan ucapan Minal ‘Aidin Wal Faizin (semoga kita termasuk orang yang memperoleh kemenangan setelah berperang melawan hawa nafsu dan kembali kepada fitrah). Jadi yang berhak ikut Lebaran atau Idul Fitri adalah mereka yang benar-benar lulus ujian di bulan Ramadhan ini, bukan mereka yang justru mempersiapkan diri sibuk menyambut Idul Fitri dengan baju baru dan berbagai hidangan yang melimpah. Umur manusia tidak akan pernah kita ketahui. Masih adakah jaminan bagi kita untuk bertemu Ramadhan tahun depan? Tidak ada. Maka sudah sepantasnyalah kita jadikan Ramadhan sebagai bulan penempaan diri, bulan perjuangan dan bulan perbaikan. Semoga kita tergolong dalam golongan orang-orang yang kembali kepada fitrah dan memperoleh kemenangan yang sebenarnya. Amien. Wallahu A’lam Bishshowwab.
No comments: